Freitag, 5. Oktober 2012

Sinopsis Arang and the Magistrate episode 15 part 2

Sinopsis Arang and the Magistrate episode 15 part 2



Eun Oh membiarkan banyak hal berkelebat di otaknya, masih mengenai ibunya. Ia teringat Officer Choi yang menyebut ibu Eun Oh sebagai iblis. Makian Officer Choi tersebut benar-benar engga masuk di akal. Sepanjang perjalanan pulang ke kediaman hakim, Eun Oh berpikir keras mengenai ibunya. 


Pertemuannya dengan Eun Oh yang baru saja terjadi, seperti mengancam Officer Choi bahwa akan ada penyerangan yang dilakukan Eun Oh. Entah apapun itu, perlindungan diri harus segera dilakukan sebelum hal semakin memburuk. Belum lagi keberadaan Shaman Moo Yeon yang engga diketahui oleh Officer Choi. Untuk melindungi diri dan hartanya, Officer Choi menyuruh kaki tangannya untuk memanggil semua petugas untuk bertugas melindungi rumahnya.


Ia juga membiarkan ruangan persembayangan dan ruang gua rahasia bawah tanah yang dulunya adalah milik Shaman Moo Yeon, untuk dibakar. Bakar tempat aneh itu, lakukan tanpa diketahui oleh siapapun dan jangan sampai rumor buruk perihal Officer Choi dan ruangan tersebut menyebar. Kaki tangah Officer Choi yang mendengar perintah tersebut hanya mengangguk dan melaksanakan semua tugas yang diberikan padanya.


Joo Whal pergi meninggalkan Shaman Moo Yeon. Tanggung jawabnya terhadap Shaman Moo Yeon masih belum selesai. Ia harus menjaga Shaman Moo Yeon dan membantunya mendapatkan apa yang ia inginkan. 



Bang Wool tertidur pulas, dan ia mendapatkan mimpi buruk hingga membuatnya kesulitan bernafas. Setelah menenangkan dirinya dengan menghirup udara luar, Bang Wool segera mengeluh kepada Eyang leluhurnya. Ia mengeluh karena ini engga adil, kemampuannya untuk berinteraksi dengan para hantu benar-benar mengecewakana. Mengapa dirinya engga diberikan kemampuan untuk melihat hantu, tapi ia malah hanya bisa mendengar suaranya tanpa mampu melihat perwujudan hantu tersebut.


Bang Wool terus menerus mengoceh, berharap ocehannya di dengar oleh Eyang leluhur yang dipujanya. Engga lama kemudian, Bang Wool merasakan hawa aneh yang tiba-tiba datang. Saat Bang Wool melihat ke sisi kanan, ia menemukan sosok ibunya yang sudah lama meninggal muncul. Bang Wool terkejut seraya mengingatkan diri bahwa, bukankah ibunya sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. 



Parahnya, kemampuan Bang Wool untuk mendengar suara-suara gaib menghilang. Kemampuan itu malah tergantikan dengan kekuatan untuk dapat melihat para hantu tanpa bisa mendengar apa yang mereka katakan. Pffft..



Arang yang baru saja datang pun terkejut dengan kemampuan Bang Wool yang ia kira sudah meningkat. Arang lalu mengatakan, ibu Bang Wool barusan mengatakan bahwa ia meminta Bossam untuk ritual upacara pemakaman yang akan diadakan di waktu yang akan datang. Bossam merupakan makanan korea berupa daging babi yang dibungkus dengan daun-daun dan sayuran. Ibu Bang Wool yang sudah mati sangat menginginkan hal itu, hanya dengan lewat suguhan makanan upacara ritual kematian ia dapat memakan makanan tersebut.



Ibu Bang Wool dengan meninggalkan kesedihan di wajah Bang Wool. Bang Wool sedih bukan karena ditinggal pergi oleh ibunya, tapi karena kemampuanya berinteraksi dengan para hantu semakin memburuk. Bagaimana jadi seperti ini, bisa melihat tanpa bisa mendengar lebih parah ketimbang dapat mendengar tapi sama sekali engga bisa melihat. Arang menyemangati Bang Wool untuk engga putus asa, karena suatu saat Bang Wool akan mendapatkan kekuatannya secara utuh. Himne Bang Wool yah~~


Setelah memberikan semangat untuk Bang Wool, perhatian Arang langsung teralih dan tertuju pada satu tumpuk buku lapuk yang ada di dekatnya. Di buku bagian pertama, Arang teringat bahwa buku itu adalah buku yang sering sekali dibawa-bawa oleh Bang Wool. Dengan tergesa-gesa, Arang membalikkan setiap lembar demi lembar dari buku tersebut, ia tengah mencari sesuatu, petunjuk yang dapat menjernihkan keburaman pikirannya.



Sampai pada akhirnya ia menemukan satu halaman yang berisi penjelasan mengenai simbol bunga matahari besar. Arang menunjukkan simbol tersebut, tanpa mengatakan pada Bang Wool bahwa simbol tersebut adalah simbol yang terdapat di kipas milik Eun Oh. Setelah melihat simbol tersebut, Bang Wool menghela nafas dan mengatakan bahwa itu adalah simbol yang ia gunakan untuk memanggil Moo Young beberapa waktu lalu.

Simbol bunga besar itu merupakan simbol kayangan, simbol identitas dari seorang kaisar langit. Jelas Bang Wool pada Arang. Simbol milik kaisar langit? Arang mengerutkan keningnya, jadi kaisar langit berada di dalam masalah yang tengah Arang dan Eun Oh hadapi. Plot apa yang sebenarnya tengah dibuat oleh Kaisar langit.



Di kayangan, (They said baduk game!!) Kaisar langit dan raja neraka masih menyibukkan diri dengan permainan baduk mereka. Raja Neraka menatap Kaisar langit, mengindikasikan bahwa ia sudah mengetahui plot apa yang tengah direncanakan oleh Kaisar langit. Langkah awal Kaisar langit sudah diketahui oleh Raja Neraka, yaitu Kaisar langit yang memanfaatkan Eun Oh.


Kaisar langit tersenyum kecil mengalihkan keseluruhan prasangka yang baru saja dibuat oleh Raja Neraka. Taktik utamanya telah diketahui oleh Raja Neraka, bukan berarti Kaisar Langit engga memiliki strategi lain. Kalau semua strategi Kaisar Langit sudah diketahui oleh Kaisar langit, maka permainan baduk itu akan berakhir. Biar saja akhir yang akan menentukan segalanya.


Apa strategi lain dari Kaisar langit adalah mempertemukan antara Eun Oh dan Arang, Kaisar langit hanya tersenyum kecil tanpa menjawab apapun.



Bang Wool tertegun melihat Eun Oh dan Arang terus menerus memisahkan jalan mereka masing-masing. Mengapa mereka engga memecahkan permasalahannya secara bersama, tapi malah mengambil jalan masing-masing. Arang baru saja mengunjungi Bang Wool, sebenarnya apa yang membuat Arang dan Eun Oh terpisah seperti ini? tanya Bang Wool.


Eun Oh datang menemui Bang Wool bukan untuk membahas mengenai hal tersebut, ia datang untuk mengetahui sesuatu hal. Bila seseorang memiliki kekuatan besar dalam ilmu sihir hitam, apakah orang tersebut juga memiliki kemampuan untuk merasuki tubuh orang lain, tanya Eun Oh yang perlahan mulai mengerti apa yang terjadi pada ibunya.



Sebagai Shaman yang berada di kelas teri, Bang Wool engga bisa berkata begitu saja tanpa merujuk ke buku generasi ke-9 dari generasi leluhur nenek moyangnya. Bang Wool mencari buku terkait dan menjelaskan bahwa hal tersebut mungkin saja terjadi. Bila seseorang mampu merasuki tubuh orang lain maka jiwa asli dari tubuh tersebut akan berada dalam ambang kematian.


Seseorang yang dapat merasuki tubuh orang lain, maka roh asli dari pemilik tubuh tersebut engga mati. Tubuh tersebut masih membutuhkan roh-asli-dari-pemilik-tubuh untuk dapat memanfaatkan sepenuhnya tubuh yang tengah mereka diami. Roh-asli-dari-pemilik-tubuh tersebut berada di antara hidup dan mati. Tapi, bila roh lain merasuki tubuh dari roh-asli-dari-pemilik-tubuh, maka roh-asli-dari-pemilik-tubuh engga memiliki kekuatan untuk mengendalikan diri, rapuh dan sama artinya dengan berada pada tahap kematian.


Lalu apakah ada cara lain untuk dapat memulihkan tubuh yang tengah dirasuki oleh roh lain dan menyelamatkan roh-asli-dari-pemilik-tubuh tersebut? tanya Eun Oh. Malangnya Eun Oh, ia engga mendapatkan jawaban yang ia inginkan. Di buku rujukan yang dibaca Bang Wool, di sana engga tertulis bagaimana cara mengatasi permasalahan tersebut, bila buku tersebut engga menuliskan caranya, berarti belum ada satupun cara ampuh yang dapat mengembalikan roh dan tubuh kembali kekeadaan semula.



Joo Whal pergi menemui Officer Choi dan mengatakan mengenai jati diri dari Shaman Moo Yeon. Jati diri Shaman Moo Yeon yang sama sekali engga diketahui oleh siapapun, termasuk Officer Choi. Officer Choi terkejut saat mengetahui bahwa Shaman Moo Yeon adalah seorang peri kayangan. Ia mengejek Shaman Moo Yeon, bukankah Shaman Moo Yeon adalah seekor ular yang hidup di ruang bawah tanah seperti itu dan ia juga iblis. Bagaimana bisa seorang peri kayangan keluar dari surga dan lebih memilih menjadi seorang monster dengan mengorbankan banyak manusia untuk memenuhi hasratnya? Pikir Officer Choi.


Officer Choi engga memiliki hak untuk mengatakan hal seperti itu, seluruh kekayaan dan kedudukan yang tengah dinikmati olehnya merupakan pemberian dari Shaman Moo Yeon, Joo Whal menyinggung Officer Choi. Ia juga memberitahukan bahwa sebenarnya wanita yang tengah dirasuki oleh roh Shaman Moo Yeon adalah ibu dari Hakim Eun Oh. Pantas saja, Hakim Eun Oh begitu marah saat bertemu dengannya.



Joo Whal tengah dalam kegundahan, malangnya ia engga lagi memiliki siapapun buat jadi sandarannya. Ia membiarkan pelayannya untuk mendengarkan rahasia yang akan Joo Whal katakan, tapi bukan malah membeberkan rahasi, Joo Whal malah mendapat rahasia baru dari pelayannya tersebut.


Joo Whal mengatakan pada pelayannya untuk menjaga sebuah rumah, belum sempat Joo Whal melanjutkan perkataannya pelayan itu malah menimpali bahwa ia akan melakukan apapun yang diperintahkan oleh Joo Whal, Joo Whal engga perlu lagi mengatakan apapun karena pelayan itu sudah mengetahui seluk beluk rahasia yang terdapat di rumah ini.



Mendengar hal tersebut Joo Whal terkejut. Pelayan itu pun bertambah terkejut saat mengetahui bahwa wanita yang tengah dirasuki oleh roh Shaman Moo Yeon adalah ibu dari Hakim Eun Oh. Pasalnya, yang membawa ibu Eun Oh masuk ke dalam kediaman Officer Choi adalah pelayan itu sendiri. Beberapa tahun yang lalu, 3 tahun yang lalu, ibu Eun Oh mengenalkan dirinya sendiri sebagai budak yang dapat melakukan pekerjaan rumah tangga. Melihat keadaan Ibu Eun Oh yang sangat membutuhkan bantuan, membuat pelayan tersebut membiarkan Ibu Eun Oh bekerja di kediaman Officer Choi.




Tapi, dendam yang dimiliki oleh Ibu Eun Oh malah menjerumuskannya untuk melakukan hal yang buruk. Ibu Eun Oh hampir membunuh Officer Choi dengan memasukkan racun ke dalam makanan yang akan disajikan. Kejadian itu diketahui oleh bawahan Officer Choi yang lain, kalo saja Shaman Moo Yeon (rohnya menjelma pada wanita lain, sebelum merasuki tubuh Ibu Eun Oh) engga menyelamatkannya maka Ibu Eun Oh akan mati terbunuh karena hukuman keras yang diberikan oleh Officer Choi.



Kala itu, Shaman Moo Yeon berada di tubuh wanita lain, dan di hari berikutnya kejadian aneh terjadi. Pelayan tadi melihat dengan mata kepalanya bahwa Ibu Eun Oh berubah sikap dan tiba-tiba saja menjadi pemilik dari gubuk tua yang berada di belakang kediaman Officer Choi.



Dalam perjalanan pulang, Arang dan Joo Whal saling berpapasan. Joo Whal mengajak Arang berbicara di kedai minuman mewah di pasar itu. Perlahan Arang mengatakan penolakan perasaan yang pernah Joo Whal ungkapkan padanya. Arang engga bisa menerima hati Joo Whal dan memberikan hatinya pada Joo Whal.

Joo Whal mengetahui dengan jelas bahwa ia akan menerima penolakan itu, penolakan yang langsung dikatakan oleh orang yang sangat ia sukai. Joo Whal menatap tulus ke arah Arang dan mengatakan,
Berjanjilah padaku mengenai satu hal, jangan pernah memutuskan harapanmu, entah bagaimana sulitnya mendapatkan apa yang kau inginkan, jangan pernah menyerah pada dirimu sendiri. Apapun yang akan terjadi nanti, jangan pernah menyerah. Berjanjilah padaku mengenai hal itu.


Arang tersenyum dan menjawab,
Kau mungkin mengatakan hal seperti itu karena kau tidak mengenali diriku yang sebenarnya, aku tidak pernah menyerah terhadap apapun.

Joo Whal mengantarkan Arang kembali ke kediaman hakim, ia menjanjikan Joo Whal untuk memberikannya sesuatu. Sesampainya di kediaman hakim, Arang mengambil buku harian Lee Seo Rim dari kamarnya dan memberikannya langsung pada Joo Whal.


Arang tersenyum, "Ini adalah milik Lee Seo Rim, gadis yang telah bertunangan denganmu. Aku membaca tulisan tangan itu. Dan seluruh perasaan yang ia rasakan tertuang di setiap lembar di buku harian ini. Meskipun aku tidak dapat menerima hatimu. Ada seseorang yang menyimpan perasaan terdalamnya untukmu. Aku berharap agar kau selalu mengingat hal itu. Hal yang paling melegakan adalah mengetahui bahwa kau adalah seseorang yang baik."


Dalam keterkejutannya Joo Whal pergi meninggalkan Arang, dengan buku harian Lee Seo Rim yang ia genggam erat. Ini kali pertama bagi Joo Whal menerima pengakuan dari orang yang sama sekali engga ia kenal, Lee Seo Rim, gadis yang 3 tahun lalu selalu memperhatikannya, gadis yang selalu luput dari pikiran Joo Whal. Joo Whal engga sendiri, tempat bersandarnya ada di masa lalu, bersama Lee Seo Rim dan bukan Arang (Is this poem? YES SIR!)


Saat berpapasan jalan dengan Eun Oh, Joo Whal engga mempedulikannya, ia tetap berjalan keluar wilayah hakim tanpa menggubris pandangan kesal dari Eun Oh. Eun Oh kemudian mempercepat langkahnya untuk segera menemui Arang. Ia takut sesuatu terjadi pada Arang.



Dari kejauhan, Eun Oh melihat Arang yang tengah duduk menyendiri di pelataran ruangannya. Apa yang baru saja Joo Whal lakukan? Mengapa ia kembali datang lagi? Arang baru saja memberikan buku harian Lee Seo Rim untuk Joo Whal. Ada banyak hal yang harus Joo Whal ketahui, ia juga harus mengetahui bahwa Lee Seo Rim sangat mencintainya, itulah kenapa Arang memberikan buku harian Lee Seo Rim pada Joo Whal, jawab Arang ketika Eun Oh bertanya padanya.


Lagi pula, buku harian itu bukan lagi milik Arang, buku itu adalah milik Lee Seo Rim. Eun Oh melonggarkan topinya dan duduk tepat di samping Arang, menatapnya  lalu bertanya, Apakah Arang sudah melakukan semua hal yang seharusnya ia lakukan untuk kebaikan Lee Seo Rim, Arang mengangguk menjawab pertanyaan itu.




Langit berbulan sabit seperti penyejuk bagi Eun Oh, perlahan ia meminjam pundak Arang untuk sekedar bersandar. Menyandarkan semua kekhawatiran dan prasangkanya. "Biarkan.. Ku mohon hanya satu menit saja." ucap Eun Oh pada Arang agar Agar membiarkan dirinya tetap bersandar pada pundaknya. Sweeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeet.


Sedangkan di sisi lain, Officer Choi memperkuat pertahanan dirinya. Semua penjaga keamanan yang ia miliki ia tugaskan untuk menjaga ketat kediamannya. Semuanya akan berjalan dengan baik kali ini, karena ia engga lagi harus mendengarkan semua perintah Shaman Moo Yeon, yang harus ia lakukan hanyalah menjaga dirinya dan hartanya. Officer Choi engga memikirkan kemungkin kekacauan lain yang mungkin akan ia dapatkan.


Pagi itu juga, Eun Oh memastikan diri untuk mengungkap segalanya. Dimulai dari Officer Choi, bagaimapun juga, Officer Choi terlibat dalam permasalahan ini. Sebelum menemui Officer Choi, Eun Oh memutuskan untuk menemui satu keluarga dari penduduk Miryang yang mengenal keberadaan ibunya saat berada di Miryang.


Saat Eun Oh mendatangi satu keluarga dari warga tersebut, karena ketakutan terhadap hukuman yang akan diberikan oleh Officer Choi, mereka sama sekali engga berani mengatakan apapun. Hukum yang akan diberikan oleh Officer Choi benar-benar menghantui mereka. Keberadaan Ibu Eun Oh di Miryang adalah karena dendamnya pada Officer Choi dan warga itu sangat berhati-hati saat membicarkan mengenai Officer Choi.


Eun Oh mengerti dengan keadaan mereka, tapi semuanya akan bertambah buruk bila para warga sendiripun engga berani untuk menjatuhkan pemerintahan yang tamak yang dibentuk oleh Officer Choi. Bagaimana Eun Oh bisa menyeret Officer Choi ke ranah hukum bila para warga tidak berani mengungkapkan hal yang sebenarnya. Bagaimana Eun Oh bisa mengatasi kasus-kasus yang melibatkan Officer Choi bila tanpa bantuan dari para penduduk Miryang.

Eun Oh akan bertanggung jawab atas semua hal bila penduduk Miryang mengatakan hal yang sejujurnya mengenai Officer Choi. Datanglah ke kantor kehakiman untuk menjelaskan segala hal.


Eun Oh kembali ke kediaman hakim dan menyuruh Dol Swi untuk mengatasi permasalahan dan menampung semua aspirasi penduduk Miryang yang datang untuk melaporkan. Dan juga, sampaikan pesan pada Ayah Eun Oh mengenai Officer Choi, bagaimanapun Ibu Eun Oh datang ke Miryang adalah untuk menemui Officer Choi.



Arang masih gundah dengan Joo Whal, sekelebat memory yang sudah ia dapatkan kembali seolah mengingatkan bahwa Joo Whal punya andil dalam kematian Lee Seo Rim. Ingatan yang kembali pada Arang adalah saat Lee Seo Rim berjalan menyendiri dan tanpa sengaja ia melihat Joo Whal tengah berbincang dengan Ibu Eun Oh lalu mereka berjalan ke arah yang sama.



Arang kembali ke jembatan dimana terakhir kali ingatannya muncul. Ia terus menerus berpikir keras, sampai pada akhirnya takdir mempertemukan Arang dan Joo Whal kembali.



Joo Whal mengembalikan buku harian Lee Seo Rim, ia mengatakan bahwa ia bukan orang yang pantas untuk menerima pengakuan perasaan yang Lee Seo Rim tulis di buku harian ini. Bisakah Arang mengembalikan buku harian Lee Seo Rim ini ketempatnya semula. Arang menatap Joo Whal dan menanyakan kebenaran, engga pernahkan Joo Whal penasaran mengenai penyebab kematian Lee Seo Rim?


Joo Whal sebisa mungkin menyembunyikan rasa gugupnya ketika Arang melemparkan pertanyaan itu. Joo Whal menjawabnya dengan engga pasti, tapi masih memiliki alibi. Saat itu, tiga tahun yang lalu, Joo Whal sama sekali engga mengetahui apapun mengenai Lee Seo Rim, yang Joo Whal ingat adalah banyaknya rumor yang menyebar mengenai Lee Seo Rim dan disaat itu juga, Joo Whal mempercayai rumor-rumor tersebut.


Dan disaat bulan purnama tiba, Joo Whal berada di tempat ini, di jembatan ini untuk melihat indahnya langit dengan bulan purnama, karena jembatan ini adalah adalah tempat terbaik untuk melihat kecantikan malam dengan bulan purnamanya.


Kepergian Joo Whal membuat Arang merenung dalam waktu yang lama. Ia menggenggam buku harian milik Lee Seo Rim dan kemudian,


BOOM! Puzzle ingatan Arang kembali di dapat, kali ini sekilas ingatannya mengenai Ibu Eun Oh dan Joo Whal, berada di ruang yang sama dan entah bagaimana Arang menjeritkan kata "jangan pergi" seraya mengambil jepit rambut milik Ibu Eun Oh.

Puzzle ingatan yang dimiliki Arang perlahan membawanya kepada klimaks dari misteri dibalik kematian dirinya sendiri. Akan seperti apa jadinya bila Arang melengkapi semua puzzle ingatan itu?
Bersambung Sinopsis Arang and the Magistrate episode 16..

Watch Full Length : High Definition


Keine Kommentare:

Kommentar veröffentlichen