Sonntag, 29. April 2012

Sinopsis Glory Jane / Man of Honor episode 9

Sinopsis Glory Jane / Man of Honor episode 9
















Sinopsis Man of Honor episode 9 :


Tentu saja, Jae In engga bakal menyebutkan namanya dan Producer Direktur Glory Jane juga engga bakal membuat hal itu terjadi. LOOOOOL. Ini kali pertama Jae In bertemu dengan ayah In Woo yang engga lain adalah pembunuh ayah Jae In. Jae Myung (Ayah In Woo) terus mendesak menanyakan siapa nama wanita yang ada dihadapannya, yaitu Jae In.


Dengan gugup, In Woo mencoba melindungi Jae In. Sebelum Jae In menyebutkan namanya, In Woo menyambar dan mengatakan kalau Jae In adalah perawatnya yang baru.

Kedua kalinya, sekarang giliran In Cheol yang menutupi jati diri Jae In, ia mengatakan nama depan Jae In saja tanpa menyebutkan keseluruhan, "Panggil saja, Mrs. Yun." ucap In Cheol. Yun adalah nama depan dari Jae In, Yun Jae In.
Tanpa menaruh rasa curiga, rasa penasaran Ayah In Woo mengenai nama Jae In berkurang. Bukan hanya karena pengelabuan dari In Woo dan In Cheol saja, tapi karena Jae In secara terus menerus berkomentar tentang sikap Ayah In Woo mengenai cara didiknya pada In Woo.

Jae In dengan polosnya terus menerus mengomentari, seorang ayah bukan hanya menjaga anaknya tapi juga membimbing dan mendidiknya dengan tindakan yang baik bukan malah hanya membentak dan menyuruh begitu saja, terlebih karena Ayah In Woo yang merupakan orang terpandang, In Woo merasa memiliki beban yang berat untuk menyandang nama dan citra ayahnya. Belum lagi, Ayah In Woo yang selalu menuntut In Woo untuk menjadi pria yang super perfect. Karena semua itu, In Woo merasa tertekan dan sampai akhirnya ia mengidap penyakit kejang-kejang yang selalu datang tiap kali In Woo merasa gugup.
 
Tapi, kata-kata bijak dari Jae In diasumsikan sebagai menyalahkan-Ayah-InWoo. Ayah In Woo menarik kesimpulan yang salah, ia geram karena ia kira Jae In menyalahkan semua yang terjadi pada In Woo karena dirinya.

Engga ingin ada Jae In tersakiti, In Woo membentak Jae In dengan gugup, menyuruhnya untuk diam. Tapi, Jae In engga menggubrisnya, ia terus membela In Woo dan terkesan menyalahkan Ayah In Woo. Kali ini, seperti sambaran petir, bentakan keras dari Ayah In Woo benar-benar membuat Jae In terdiam.


Ayah In Woo engga memerlukan semua nasehat dari orang seperti Jae In. Ayah In Woo meninggalkan apartemen In Woo dengan geram, diikuti dengan sekretarisnya, In Cheol.



In Woo benar-benar khawatir, ia merasa kalau Jae In sampai terluka, itu adalah karena kesalahannya. Engga heran, In Woo berkata-kata kasar dan menyuruh Jae In untuk engga berkata seenaknya di depan Ayahnya.


Tepat di depan apartemen In Woo, Yeong Gwang berselisih jalan dengan Ayah In Woo dan In Cheol. Setelah mendapat alamat apartement In Woo, Yeong Gwang langsung datang untuk menjemput Jae In dan saat itu juga bertepatan dengan Ayah In Woo dan In Cheol yang keluar dari apartement.

Ayah In Woo berkomentar negatif tentang Jae In, dari mana In Cheol mendapatkan pekerja seperti Jae In. Jae In bukan hanya tidak sopan tapi ia juga sama sekali tidak memiliki rasa malu dengan berani-berani berkata seperti tadi pada Ayah In Woo. Walaupun begitu, Jae In merupakan perawat pekerja pertama yang mampu bertahan bekerja selama kurang lebih 1 bulan untuk In Woo. Engga seperti perawat-perawat sebelumnya yang dipecat secara paksa oleh In Woo, justru sikap pembangkang Jae In itulah yang membuatnya mampu bertahan untuk merawat In Woo.

Mengetahui hal itu, Ayah In Woo menelan kata-kata negatifnya, ia membiarkan Jae In untuk tetap bekerja dengan syarat agar In Cheol segera mengajarkan Jae In bagaimana bersikap pada seseorang yang memiliki status sosial yang lebih tinggi.


Di apartementnya, In Woo menegaskan ulang agar Jae In mengubah sikapnya saat ia berada di hadapan Ayah In Woo. Ayah In Woo bukan seperti orang yang Jae In pikirkan, seseorang yang akan berubah hanya karena kata-kata Jae In, bukan, Ayah In Woo bukan orang seperti itu. Jadi, kalau Jae In engga ingin terluka, Jae In harus menjaga sikapnya.


Tapi, semua yang Jae In lakukan tadi hanya untuk kesembuhan In Woo. Faktor psikologis akan membantu menghilangkan dan menyembuhkan penyakit kejang-kejang In Woo. In Woo kesal, kekesalan yang membuatnya mengungkit tentang jati diri Jae In sebenarnya. In Woo menyatakan bahwa selama ini Jae In berbohong pada dirinya. Saat pertama kali bertemu, Jae In berkata pada In Woo bahwa dirinya memiliki ayah, tapi kenapa di lembaran resume milik Jae in tertera bahwa Jae In tinggal dan menetap dip anti asuhan dari kecil?

Jae In gugup, ia memang tumbuh dipanti asuhan, setelah kecelakaan rekaan Ayah In Woo yang membuat Jae In kehilangan segala-galanya, ia kehilangan ibu, ayah dan semua kekayaan miliknya, termasuk ingatannya. Jae in engga mengetahui dengan persis tentang apa yang sebenarnya terjadi, ia pun engga mengetahui harus menceritakan kisah hidupnya yang mana agar In Woo mengerti posisinya.


Sebenarnya, siapa kau? Tanya In Woo. Pertanyaan itu dijawab oleh Yeong Gwang yang datang tepat pada waktunya, Yeong Gwang menjawab “Jae In adalah adikku.”. In Woo berpikir keras, Jae In adalah adik Yeong Gwang dan Yeong Gwang merupakan anak dari Kim Im Bae yang engga lain adalah suruhan Ayah In Woo.


In Woo mengaitkan satu kejadian dengan kejadian lain, sampai memorynya mengingat kejadian beberapa belasan tahun silam.

Saat tanpa sengaja In Woo kecil diam-diam memergoki ayahnya tengah memberikan uang pada Kim In Bae (Ayah Yeong Gwang). Penyerahan uang itu juga dibarengi dengan perintah kejam, Kim In Bae dipaksa untuk menyingkirkan Jae In kecil agar semua kekayaan keluarga milik Jae In jatuh ke tangan Ayah In Woo.


In Woo kecil belum mengerti dengan apa yang sebenanrya terjadi, sampai saat ini, ia baru mengerti bahwa ternyata Kim In Bae engga benar-benar menyingkirkan atau membunuh Jae In, tapi ia malah mengangkat Jae In sebagai anak angkatnya. Dan hal itu, semakin membuat In Woo tertekan. Ia menyuruh Jae in keluar dari apartemenya sekarang juga.



Yeong Gwang menahan tangan Jae In, ia menyuruh Jae In untuk engga menghentikan In Woo dan mereka keluar dari apartemen In Woo.


Tepat di depan apartemen In Woo, Yeong Gwang membawa semua barang-barang milik Jae in. Tapi, Jae In malah terdiam dan berdiri kaku. Perlahan ia berkata, “Apa kau tidak merasa malu karena kau mengenalku? Terlebih kau membiarkan In Woo mengetahui bahwa aku adalah adikmu.”  Tanpa pikir panjang Yeong Gwang menjawab, “Kau benar-benar tidak memahamiku. Apa kau sama sekali tidak mengetahui, seberapa besar aku menyukaimu?”


LOOOOOOOL. Ucapan dari mulutnya sendiri malah membuat diri Yeong Gwang merasa bersalah. Engga seharusnya, ia mengatakan kalau dirinya sangat menyukai Jae in. Yeong Gwang bukan orang yang bisa menyembunyikan perasaannya begitu saja, raut wajah Yeong Gwang persis seperti buku, mudah sekali untuk dibaca, semua perasaan gugup, suka terlukis di raut wajah Yeong Gwang. LOL :D


Dengan canggung, Yeong Gwang tersenyum dan mengalihkan kata-kata “suka” itu dengan mengkombinasikan kata-kata “adik kepada kakak”. Yeong Gwang engga ingin Jae In salah pengertian, ia lalu menjelaskan dengan gugup bahwa rasa sukanya pada Jae In seperti rasa sayangnya kepada seorang adik.


Air mata Jae In menggenang, ini pertama kali dalam hidupnya ada seseorang yang mengatakan rasa suka dan peduli padanya. Jae In juga menyukai Yeong Gwang, jawab Jae In. Rasa suka yang sebenarnya sama dengan rasa suka yang dimiliki Yeong Gwang. Bukan rasa suka “adik kepada kakak” tapi lebih. Tapi kondisi membuat rasa suka itu diubah menjadi rasa-sayang-adik-kepada-kakak.


In Woo datang menemui In Cheol untuk melabrak mengenai jati diri Jae In yang sebenarnya. In Cheol memang sudah mengetahui hal ini dari awal, tapi ia menyembunyikannya dari In Woo. In Woo geram, Jae in adalah pewaris  asli perusahaan dan kekayaan keluarga Yoon, kehadiran Jae In akan membuat posisi In Woo tergeser dan lagi, In Woo merasa bersalah atas semua yang telah ayahnya lakukan pada keluarga Jae In.

In Cheol hanya menyerahkan semua keputusan pada In Woo, apapun keputusan yang akan In Woo ambil, entah itu menyerahkan dan memberitahukan tetang jati diri Jae In yang sebenarnya pada Ayah In Woo. Bila hal itu In Woo lakukan, maka nasib Jae In akan sama seperti nasib ayahnya, yaitu dibunuh.

In Cheol mengetahui dengan persis karakteristik sepupunya itu, In Woo bukan orang seperti Ayahnya, rasa suka In Woo pada Jae In akan membuat In Woo melakukan segala hal untuk melindungi Jae In dan ia engga akan mengatakan hal yang sebenarnya mengenai jati diri Jae In pada ayahnya.

Setelah keluar dari apartemen In Woo, Jae In kembali menetap bersama keluarga Yeong Gwang. Yang jadi permasalahannya adalah ibu Yeong Gwang yang belum juga mau menerima keberadaan Jae In. Ibu Yeong Gwang masih menyalahkan Jae In tentang kematian suaminya.


Yeong Gwang dan Jae In membuat taktik untuk meluluhkan hati Ibu Yeong Gwang. Taktik ini engga akan berjalan mulus tanpa bantuan sang nenek. Nenek mengetahui bagaimana menyikapi sikap ego Ibu Yeong Gwang. Masakan bisa menjadi alternative utama buat meluluh hati seorang, terlebih kalo rasa masakan itu sama seperti rasa masakan yang dibuat oleh orang yang kita sayangi :D



Nenek menyuruh Yeong Gwang dan Jae In untuk berbelanja ke pasar tradisional. Berbelanja atau bahasa lainnya “ngedate-tanpa-disengaja” buat Yeong Gwang. Haha.. Perasaan Yeong Gwang selalu meletup-letup tiap kali ia berada di dekat Jae In, dan tatapan matanya pun berubah hangat. Aiih.


Dari sebelum subuh, Yeong Gwang, Jae In dan Nenek mempersiapkan semua bahan masakan. Nenek yang memasak, Yeong Gwang dan Jae In membuat seadanya.


Pagi harinyaa… Nenek memberikan kredit pada Jae In dengan membiarkan masakannya diakui oleh Jae In. Jae In menyapa Ibu Yeong Gwang dan mengucapkan segala hal yang ia ingat tentang kesukaan Ibu Yeong Gwang terhadap masakan buatan nenek. Engga lupa juga, Jae In menyatakan kalau masakan yang telah ia siapkan itu adalah masakan buatannya. Hihi..


Jae In meninggalkan senyuman sebelum ia pergi, kemudian Ibu Yeong Gwang menikmati masakan yang Jae In sediakan.


Whoop, siapa sangka pengelabuan itu berhasil. Tanpa adanya rasa curiga, Ibu Yeong Gwang mencicipi masakan itu dan berdecak kagum karena rasa masakannya sama seperti masakan buatan Nenek.


Nenek datang dan mengerlingkan mata kearah Yeong Gwang dan Jae In yang menyiput di sudut tangga tengah memata-matai Ibu Yeong Gwang. Misi mereka berhasil, ucapan lembut nenek untuk menerima Jae In dan melupakan masa lalu perlahan semakin membuat hati Ibu Yeong Gwang luluh.


Misi meluluhkan hati ibu Yeong Gwang memang berhasil, tapi misi Yeong Gwang menenangkan hatinya sendiri dari letupan rasa suka pada Jae In yang masih belum berjalan mulus. Kali ini, seperti ada kembang api extra besar yang meletup di hati Yeong Gwang, saat tanpa sengaja wajahnya berdekatan dengan wajah Jae In.


Bibir Jae In yang manis, membuat Yeong Gwang bertambah gugup. Frustasi dengan perasaannya sendiri, Yeong Gwang pergi begitu saja dengan senyum kaku. Aiih, Jung Myung oppa is soooo swit :)


Jae In berjalan mendekati kamar Yeong Gwang, ia berbicara pelan. Suara pelan milik Jae In membuat Yeong Gwang terdiam seribu bahasa. Jae In mengucapkan terimakasih atas semua yang telah Yeong Gwang lakukan kemarin malam, Yeong Gwang sudah menjemputnya dari rumah In Woo dan membantunya untuk mengambil hati ibu Yeong Gwang.


Jae In juga merasa menjadi seseorang yang istimewa untuk pertama kalinya, karena pengakuan rasa suka Yeong Gwang semalam. Yeong Gwang adalah orang pertama dalam hidup dan hatinya yang melakukan hal sesweet itu :)


Keduanya terdiam dalam ruang yang berbeda, tapi masih dalam satu pemikiran yang sama. Keterkaitan ikatan yang belum jelas antara Jae In dan Yeong Gwang membuat keduanya engga mengakui rasa suka yang melebihi rasa suka seorang kakak kepada adiknya. Secara, mereka memang bukan kakak adik. LOOL..


In Woo kehilangan focus, pikirannya masih terpaut dengan semua yang berkaitan dengan Jae In. Ayah In Woo tiba-tiba mengatakan kalau ia dan kolega kerjanya sudah membuat kesepakatan untuk menikahi In Woo. Tentu saja, faktor utama pernikahan itu adalah karena bisnis. Pernikahan akan membawa nama baik keluarga dan menguntung kedua belah pihak dari segi financial, perusahaan Ayah In Woo akan mendapat peluang benefit lebih besar dari sebelumnya.


In Woo memberanikan diri untuk berbicara, ia mengingatkan ayahnya bahwa perusahaan yang saat ini ayahnya kelola belum sepenuhnya menjadi perusahaan milik keluarga Seo, karena ternyata separuh dari sahamnya adalah masih menjadi milik ibu Jae In secara resmi. Owh, complicated.

Yeah, Ibu Jae In masih hidup dan ia baru saja sadar dari koma panjangnya. Ibu  Jae In mengetahui semua scenario licik Ayah In Woo. Untuk membalaskan semua dendamnya, Ibu Jae In dan prosecutornya membuat rencana. Setelah Ibu Jae In mendapatkan kembali kesehatannya, ia akan mengambil semua yang sudah diambil oleh Ayah In Woo.

Engga ada yang mengetahui secara pasti mengenai perihal kembali pulihnya Ibu Jae In. Yang mengetahui hal tersebut hanya, Prosecutor dan dokter yang menangani ibu Jae In. Ayah In Woo pun sama sekali engga mengetahui kalau Ibu Jae In sudah kembali 100% pulih. Ibu Jae In hanya tinggal melakukan terapi tubuh, karena koma panjangnya membuat seluruh badannya kaku.



Ibu Jae In dan prosecutor mencoba mengelabui Ayah In Woo. Mereka membuat keadaan seolah-olah Ibu Jae In masih belum sadar, karena hal itu akan mengecoh Ayah In Woo sehingga Ayah In Woo engga mengetahui rencana balas dendam Ibu Jae In. Saat menemui Ibu Jae In, Ayah In Woo berkata-kata kasar bahwa engga aka nada harapan bagi Ibu Jae In untuk kembali pulih, ia berkata seperti itu tanpa mengetahui fakta yang sudah terjadi.


Tapi, In Cheol menyadari sesuatu. In Cheol menyadari kalau Ibu Jae In  sudah kembali pulih.

Jae In datang menemui In Woo untuk mengetahui keadaannya. Perasaan “apakah-inwoo-baik-baik-saja” itu malah ditepis oleh In Woo. In Woo sulit untuk mengatakan hal sebenarnya. Ia takut Jae In menjauhinya karena hal yang ayahnya lakukan di masa lalu. Karena ketakutan seperti itu, In Woo mengubah sikapnya, ia membentak Jae In dan menyuruhnya untuk engga datang mengunjunginya, In Woo engga ingin melihat Jae In lagi.



Saat In Woo menanyakan tentang boneka bear yang terpasang di tas Jae In, Jae In menjawab bahwa ia sama sekali engga mengingat dari mana asal boneka bear itu, yang ia tau, boneka itu selalu ada bersamanya. 



Tapi, boneka bear cute yang terpasang di tas Jae In malah membuat In Woo merasa bersalah. Boneka bear itu adalah boneka pemberian In Woo. Tepat di hari ulang tahun Jae In, In Woo memberikan boneka bear itu pada Jae In kecil. Dengan bahagia Jae in menjadikan bear pemberian In Woo itu sebagai salah satu harta yang paling berharga.


In Woo bingung, posisinya benar-benar tertekan, di satu sisi ia engga bisa membiarkan Jae In pergi dari hidupnya, tapi disisi lain, untuk menjaga agar Jae In engga terluka, In Woo harus membiarkannya pergi. In Woo mengambil keputusan yang terakhir, saat itu juga, In Woo memecat Jae In dari pekerjaan perawatnya.



Di pecat dari pekerjaannya oleh In Woo engga membuat Jae In putus semangat, ia malah menghampiri Ibu Yeong Gwang dan mencoba untuk membantunya. Ibu Yeong Gwang perlahan mengerti kalau di hatinya ada ruang untuk Jae In. Ruang kasih sayang seorang ibu pada anak.

Pagi itu merupakan hari dimana interview ronde kedua dilaksanakan. Sebelum interview dimulai, Yeong Gwang tanpa sengaja bertemu dengan renternir yang tempo dulu merusak rumah dan toko milik ibunya. Rentenir itu ternyata menjadi salah satu kandidat karyawan yang akan diterima di perusahaan milik Ayah In Woo.


Awal yang dramatis, Yeong Gwang geram melihat keberadaan rentenir tersebut, dan Yeong Gwang engga habis bagaimana kalau perusahaan tau tentang latar belakang rentenir tersebut. Takut bahwa kemungkinan dirinya akan dikeluarkan, rentenir tersebut memohon pada Yeong Gwang untuk memaafkannya dengan syarat ia akan melakukan apa saja yang Yeong Gwang perintahkan.


Yeong Gwang menyuruh rentenir dan anak buahnya untuk meminta maaf dan berlutut di hadapan ibunya. LOOL…


Epic. Yeong Gwang mengakui kemenangannya dan memamerkannya dengan bangga pada ibu, “Ibu, sudah kubilang aku akan membuat orang-orang itu berlutut di hadapanmu. Benarkan, semuanya terjadi.” Ucap Yeong Gwang dengan tawa lepas. LOOOL.

Ronde kedua, interview ala Ketua Yeong Do dilakukan. Yeong Do merancang interview pekerjaan kali ini menjadi lebih sulit. Ia menyediakan 11 buah brangkas terkunci untuk 11 pelamar yang berhasil memasuki tahap ronde kedua ini. Tapi, sayangnya hanya akan ada 4 pelamar yang dapat membuka brangkas atas nama mereka masing-masing.

Brangkas-brangkas itu terkunci dan untuk membukanya dibutuhkan kode. Kode itu harus didapat dengan cara menjual barang dari kotak boks yang masing-masing para pelamar sudah memilihnya.


Yeong Gwang memilih boks ukuran besar, yang berisi jaket tebal.
Jae In dan In Woo memilih kotak boks ukuran sedang.

Barang yang terdapat di dalam boks tersebut harus mampu terjual, konsumen utamanya engga lain dan engga bukan adalah 3 orang kepercayaan dari Yeong Do, yaitu Hong Joo, Dae Sung dan asisten gendut yang saya lupa siapa namanya :p


Yeong Do merancang semua interview ini alasan utamanya adalah karena Yeong Gwang, karena Ayah Yeong Gwang. Ayah Yeong Gwang dan segala kebaikan dan kerendah hatiannya membuat Yeong Do merasa bahwa dirinya selalu berutang budi pada Ayah Yeong Gwang. Bukan hanya itu, rasa bersalahnya semakin mencuat, karena ia menjadi saksi mata dari kematian Ayah Yeong Gwang.


Malam dimana Ayah Yeong Gwang ditabrak oleh sebuah mobil, malam dimana Yeong Do mengetahui bahwa keluarga Seo adalah dalang dari kematian Ayah Yeong Gwang.



Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, Ayah Yeong Gwang menitipkan pesan, sebuah pesan yang engga mampu ia ucapkan dan ia tulis di sebuah note. Sebuah kombinasi angka kode yang entah artinya apa.


Misi untuk menjual barang di dalam box yang didapatkan oleh para interviewer, dilaksanakan oleh Jae In. Jae In mencari ruang informasi untuk dapat bertemu dengan para asisten kepercayaan Yeong Do sehingga ia bisa menjual barang di dalam boxnya itu. Tapi, bukan malah mendapatkan letak ruang informasi. Jae In tanpa sengaja menemukan sebuah ruangan khusus penyimpanan atribut sejarah perusahaan, dari pemimpin yang paling terdahulu sampai jabatan pimpinan terakhir yang diduduki oleh Ayah Jae In.


Jae In hendak masuk ke dalam ruang itu, tapi ternyata ruangan itu terkunci. Baru beberapa langkah Jae In menjauh dari ruangan itu, tiba-tiba suara ayahnya terngiang-ngiang di kepala Jae In. Suara samar-samar ayahnya seperti berasal dari ruangan itu. Perlahan, Jae In mendekati ruangan itu, rasa keterkejutannya bertambah saat ia mengetahui bahwa pintu yang terkunci itu perlahan terbuka dengan sendirinya.

Apakah keajaiban ini bakal membawa Jae In pada fakta yang sebenarnya? Kebenaran yang bakal mengubah hidup Jae In menjadi lebih baik? Atau fakta itu malah bakal menjerumuskan Jae In pada kesengsaraan?
Hareuh :)
Bersambung..

Watch Full Length : High Definition


Keine Kommentare:

Kommentar veröffentlichen