Dienstag, 15. November 2011

Sinopsis Man of Honor episode 7 part 2

Sinopsis Man of Honor episode 7 part 2
















Sinopsis Man of Honor episode 7 part 2 :
Jae in keluar dari toko dan bertemu dengan Kyung Joo. 
"Eonni. Eonni, kau sudah pulang? Ayo pergi bersama, eonni." Jae in memanggil Kyung Joo. Tapi Kyung Joo malah engga menghiraukannya. 
"Aku pulang." ucap Kyung Joo.
"Aku juga pulang." Jae in mengikuti.
"Bagaimana bisa kalian berdua pulang ke rumah bersama?" tanya nenek.
"Aku bertemu eonni di depan pintu." jawab Jae In. 
"Aku sudah makan malam." Kyung Joo pergi begitu saja ke kamarnya.
"Bagaimana denganmu, Jae In?" tanya nenek dengan ramah.
"Belum. Tolong jangan cemas. " jawab Jae In.
"Aku akan memberimu sup panas." Saat nenek hendak mengambil makanan untuk Jae In. Ia baru teringat sesuatu, "Oh ingatanku yang lemah. Aku lupa mengangkat jemuran. Jin Ju. Tolong pergi ke atap dan angkat jemuran." suruh nenek pada JIn Ju.
"Nenek, Tidakkah kau lihat aku sedang memakai masker?" jawab Jin Ju.
"Aku akan mengangkatnya." ucap Jae in. 
"Tinggal di rumah orang lain, kau seharusnya waspada dengan hal semacam mengangkat jemuran dan melakukan itu!" ejek Jiin Ju pada Jae in.
Jae In hanya tersenyum, ia lalu berkata," Biarkan aku yang mengangkat jemuran. Karena aku juga akan mencuci tangan dan mengganti pakaianku. Aku akan cepat mengangkatnya." 
Saat tengah mengangkat jemuran, Jae In membayangkan kehidupan yang benar-benar ia inginkan.

Jae In membayangkan, Ibu Yeong Gwang dan Young Gwang sangat menyayanginya.

Ibu Yeong Gwang bahkan memperlakukan Jae In seperti anaknya sendiri.

Dan kedua saudaranya, menganggap Jae in sebagai saudara.

Bercanda dan tertawa bersama..

Tapi, sayang.. Semua itu hanya terjadi di bayangan Jae In saja..

"Sepertinya itu tidak akan pernah mungkin." keluh Jae In, saat semua bayanganya berakhir dengan realita yang terjadi sebaliknya.
"Apa yang tidak mungkin?" tanya Young Gwang yang tiba-tiba datang.
"Ah, kapan kau pulang?"
"Aku baru saja pulang." 

"Tadi, apa yang kau maksud tidak mungkin?" tanya Young Gwang penasaran.
"Ah, bukan apa-apa." jawab Jae in.
Young Gwang membantu Jae In untuk mengangkat jemuran.
Mereka tertawa bersama..

Saling mengejek kemudian tertawa.
Sweet..

Tapi dari kejauahan, ada seseorang yang memperhatikan..

Kyung Joo. Ia terus saja menatap sinis ke arah Jae In. Mungkin karena ia sudah mengetahui semuanya..

Flashbacknya dimulai :
Saat itu, Kyung joo tengah makan malam bersama dengan kekasihnya-In Cheol.
"Mengapa anak itu datang dan mencari ayahku? Jelas-jelas dia putri Presiden Yun Il Gu. Mengapa dia salah menyangka ayahku sebagai ayahnya?" tanya Kyung Joo pada In Cheol.
In Cheol menjelaskan. "Meskipun kau pintar, kau hanya bisa mengetahui sampai sejauh ini. Siapa kau pikir yang diminta untuk mengirim Jae In kecil ke panti asuhan? Presdir Seo Jae Myeong akan meminjam tangan siapa untuk melakukan hal itu?"
Kyung Joo paham maksud dari In Cheol, "Maksudmu Presdir Seo Jae Myeong memanfaatkan ayahku?"
In Cheol kembali memperjelas pernyataan, "Pada kecelakaan lalu lintas yang membunuh Presdir Yun Il Gu, supirnya adalah ayahmu. Meskipun ayahmu telah mengirimkan Yun Jae In, Dia tetap tidak bisa berhenti mengkhawatirkannya. Oleh karena itu, dia pasti diam-diam membantuYun Jae In dalam segala masalah." 
"Ketika Yun Jae In tahu tentang itu semua, dia telah salah menyangka ayah Gyeong Ju sebagai ayahnya. Namun. . . itu hanya perkiraanku." ucap In Cheol.
Kyung joo menahan amarahnya, "Mungkinkah kematian ayahku bukan merupakan sebuah kecelakaan?" 
"Malam itu, aku tidak sengaja mendengar percakapan telepon Presdir Seo Jae Myeong. Dia berbicara pada ayahmu di telepon. Sepertinya dia menyebut Yun Jae In. Tentu saja Presdir Seo Jae Myeong murka. Presiden Seo Jae Myeong adalah orang yang tidak punya dasar. Selama itu memancing kegusarannya sedikit saja, dia benar-benar tidak akan memberi ampun. Jadi Yun Jae In berguna untukmu. Karena hanya Yun Jae In yang bisa menaruh pisau di leher Seo Jae Myeong." jawab In Cheol.
"Tapi ayahku yang mengirimnya pergi. Jika dia bisa melukai Presdir Seo Jae Myeong, dia juga bisa melukai keluargaku." terka Kyung Joo. Pemikiran ini yang ngebuat Kyung Joo mulai membenci Jae in.
"Anggota keluargamu hanya korban. Terlebih lagi, Yun Jae In anak itu, hanya akan mengancam saham yang dipegang oleh Presiden Seo Jae Myeong. Jadi tak akan ada masalah. Kau mengerti maksudku?" jawab In Cheol.
Flahsbacknya berakhir. 
"Tak mungkin, ini tidak mungkin terjadi." kata Kyung Joo pada dirinya sendiir. 
Di rumah sakit. Keajaiban. Ibu Jae In benar-benar sadar..

Ia bahkan bisa mengenali prosecutor yang saat itu menemaninya. Ibu Jae In terus memanggil nama Jae In.
Mengetahui ibu Jae In yang sudah pulih dari koma, Prosecutor menceritakan semuanya pada Ibu Jae In. Tentang Jae Myung dan tentang suaminya yang sudah meninggal.


"Aku mengerti kalau hal ini sulit dipercaya. Tapi ini faktanya."
"Ini tidak mungkin, ini tidak mungkin!" ucap Ibu jae In.
"Meskipun ini pukulan yang berat bagimu, kau tetap harus menerimanya. Dan kau tidak boleh memberitahu siapapun kalau kesadaranmu telah pulih. Dokter dan para perawat bukan orang kita sendiri. Kau tahu maksud yang kukatakan?" ucap Prosecutor.
Sebelum tidur Jae in melihat langit dan berkata, "Dan untuk ibuku yang tinggal di suatu tempat di luar sana. Selamat malam."


Pagi harinya..

Young Gwang dan Jae In, kompakan telat untuk mengikuti interview di perusahaan yang sama.

Mereka, sama-sama terburu-buru..

Di tempat lain.

Jae Myung sangat antusias melihat In Woo yang akan masuk ke perusahaannya.
"Perekrutan secara terbuka ini diadakan bukan bagian dari rencana. Jangan membuat ayahmu kehilangan muka. Lakukan yang terbaik, mengerti?" ucap Jae Myung.
"Bagaimana kau bisa mengatakan kehilangan muka, suamiku? Menggunakan kata-kata yang mengecilkan hati seperti itu." Ibu In Woo membela In Woo.
"Aku hanya ingin mengingatkan dia untuk lebih waspada. Jangan terlalu sombong." jawab Jae Myung.
In Woo menjawab, "Aku. . . aku me. . . aku mengerti, Ayah."

" Lakukan yang terbaik dalam tes. Aku menunggu hasilmu yang bagus. Kau tidak perlu banyak berharap." ucap In Cheol pada In Woo.

Ibu In Woo berkata setelah In Cheol pergi, "Ini menjengkelkan. Aku benar-benar ingin menendangnya keluar dari rumah tanpa mempertimbangkan bahwa dia masih keluarga kita. Jadi anakku, Kau harus segera mampu berdiri sendiri di perusahaan ayahmu. Maka ini akan membuat In Cheol semakin cemas, dan dia tidak akan mengincar posisimu." 

Jae In dan Young Gwang datang ke perusahaan dalam waktu yang hampir bersamaan.

Sampai akhirnya, keduanya saling bertemu, 
Young Gwang terkejut melihat Jae In. "Yun Jae In. Mengapa kau di sini? Apakah kau. . . Tak mungkin, kau juga?" 
Jae In pun sama terkejutnya dengan Young Gwang, "Kau juga.." 
In Woo datang, "Hei, kalian berdua." 
"Seo In Woo. Jangan bilang, kau juga?" Yeong Gwang terkejut melihat In Woo. 
Ketiganya saling memperhatikan satu sama lain.

In Cheol memperhatikan ketiganya dari lantai atas..

Young Kwang berbicara dengan Jae In.

"Apa kau juga di sini untuk itu? Apa sebenarnya yang terjadi padamu? Sejak kemarin malam, mengapa kau tidak memberitahuku tentang ini?" tanya Young Gwang.
Jae In mencoba mencari alasan, ia engga mungkin untuk bilang kalau dirinya melamar di perusahaan ini untuk menjadi perawat pribadi In Woo."Itu karena aku tak menyangkaakan bertemu kau di sini."

"Jika kau akan wawancara, kau seharusnya pergi ke rumah sakit. Mengapa kau harus datang ke perusahaan?" tanya Young Gwang.
" Itu karena kepala perawat darirumah sakit tempatku bekerja dulu Menelepon semua rumah sakit yang aku datangi dan meminta mereka untuk tidak merekrutku. Jadi di waktu singkat, akan sulit bagiku untuk menemukan pekerjaan di rumah sakit." jawab Jae In.
"Bagaimana dengan kerja paruh waktuyang kau dapatkan di kafe?"
"Dibandingkan dengan itu, seharusnya ada lebih banyak keuntungan di sini." 
Young Gwang menjawab, "Bukankah sudah kubilang, aku akan menanggung hutangmu. Itu bukan semuanya karena uang. Maka lebih baik kau mengundurkan diri dari pekerjaan lebih awal."

"Apa?" In Woo datang. "Memintanya datang dan pergi secara sepihak, bukankah itu keterlaluan? Apa ini? Kudengar kau meninggalkan rumah sakit karena orang ini." In Woo menunjuk Young Gwang. "Apakah hubungan kalian berdua sudah jauh?"
Jae In dan Young Gwang langsung menjawab secara bersamaan, "Tidak. Tidak, bukan seperti itu." 
Ketiganya mendapat urutan wawancara di gelombang yang sama..

"Jika bukan, baik Yun Jae In ada di sini untuk wawancara atau bukan, seharusnya tidak di bawah kendalimu. Bukankah begitu, Nona Yun Jae In?" tanya In Woo pada Jae In. "Apa kau benar-benar akan pulang ke rumah begitu saja, Yun Jae In?"
"Tidak. . . " jawab Jae In dengan ragu.


"Dia bilang tidak. Apa yang akan kau lakukan?" tanya In Woo berkata sinis pada Young Gwang.
"Kalau begitu lakukan apa yang kau inginkan." bentak Young Gwang kesal. 



"Apa bagusnya dia? Atas dasar apa seorang anak sopir seperti dia berada di sini? Dulu ayahnya bekerja sebagai sopir di perusahaanku. Jadi, sejak kami masih kecil, demi untuk menang dariku, dia akan selalu menentangku. Di dalam tim dia tetap dikeluarkan. Pada akhirnya dia masih juga dikeluarkan. Sekarang dia bahkan di sini di perusahaan ayahku untuk pamer. Untuk orang yang tidak memiliki apa-apa, tidakkah dia memiliki sedikit harga diri?" ejek In Woo setelah Young Gwang pergi.

Jae In kesal mendengar perkataan In Woo, "Untuk orang yang tidak memiliki apa-apa, tidak bolehkah dia datang ke perusahaan ayahmu untuk ikut wawancara? Jadi menurutmu bahwa seorang anak sopir bahkan tidak boleh memikirkan untuk berkeinginan mengalahkan anak dari direktur perusahaan ini?"
"Apa kau bilang? Apa yang membuatmu jadi sangat marah begitu? Benarkah kalian berdua tidak sedang berpacaran?" tanya In Woo.
"Aku sudah mengatakan kami tidak begitu. Kim Yeong Gwang dan aku tidak memiliki hubungan seperti itu, dan tidak bisa memiliki hubungan seperti yang kau pikirkan. Mengapa kau terus-terusan mengatakan hal-hal seperti itu?" jawab Jae In.
"Sebenarnya, hubungan apa yang kalian punya?" tanya In Woo.
"Aku adalah penggemarnya." jawab Jae In.
In Woo tertawa, "Apa, penggemarnya?"
"Itu benar, penggemar. Itu dimulai sejak pertandingan final Piala Phoenix. Pada situasi inning dan dua keluar, dia mencetak home run." jawab Jae In dengan pasti.
Jawaban Jae In malah membuat In Woo tertawa terbahak

In Cheol tetap memperhatikan In Woo.

Di rumah, Ibu Yeong Gwang terus saja di tagih uang sewa toko. Sewa toko bertambah tinggi, sedangkan pelanggan toko hanya sedikit.

Ibu Young Gwang marah besar..

Terlebih saat wanita itu mengomentari ibu Young Gwang, "Untuk seorang wanita yang tidak punya rasa takut, kau sudah menyebabkan suamimu meninggal begitu cepat."
"Apa katamu?!" seru Ibu Young Gwang.
"Itulah yang setiap orangdi sekitar sini katakan mengenaimu. Untuk seorang pria baik seperti ayah Young Gwang, karena dia bertemu dengan wanita yang tak punya rasa takut, dia meninggal begitu cepat."
Nenek mencoba menenangkan..

Tapi tetap saja, Ibu Young Gwang menangis, ia menyadari, "Wanita busuk itu. Mulut busuknya yang selalu menghina orang. Ada apa denganku? Aku sombong dan suka memerintah, lalu kenapa? Aku seperti itu juga bisa dapat dianggap sebagai wanita. "

Jae In terus memperhatikan Young Gwang dari kejauhan..

Mereka cute deh kalo lagi marahan.. XD
sweet..

Waktunya tiba..

Interview dimulai..

ketiganya masuk ke ruang interview..


Young Do memberikan pengarahan.. "Halo. Ini bahkan belum waktunya makan siang, dan ini sudah sampai di tahap terakhir wawancara untuk hari ini. Pertama-tama, sebelum kita mulai dengan wawancara sendiri-sendiri, Aku ingin membuat sebuah pengajuan sederhana untuk semuanya. Bisakah kalian melihat batu bata yang diletakkan di kedua sisi? Bisakah kalian melihatnya? Batu bata yang diletakkan di sana, setiap balok bernilah 1 juta Won." 
Memperhatikan..

"Baiklah. Di dalam karung yang sedang dibagikan kepada kalian, untuk jumlah gaji tahunan berapapun yang kalian inginkan, letakkan jumlah batu bata yang setara. Dengan kata lain, jumlah batu batayang setiap orang miliki di karung mereka, akan menentukan masing-masing gaji tahunan setiap orang. Aku, Heo Yeong Do, tidak akan pernah menarik kembali ucapanku. Berapapun jumlah gaji tahunan yang kalian inginkan, masukkan saja ke dalam karung. Batas waktunya adalah 10 menit. Baiklah, apa kalian sudah siap? Baiklah, mulai." Yeong Do mengakhiri perkataannya..
Dan semua orang mulai sibuk memasukkan batu bata sebanyak-banyaknya ke dalam karung mereka.

Young Gwang terdiam..

Jae In pun sama, ia terdiam..

"Apa kau pikir Kim Yeong Gwang bisa benar-benar lulus tes ini?" tanya Hong Joo.
Yeong Do menjawab, "Aku juga tidak tahu. Tujuanku adalah untuk semata-mata untuk membuat anak itu berdiri di sini. Mulai sekarang dan seterusnya, itu akan menjadi takdirnya. Baik dia lulus, itu adalah takdirnya. Baik dia gagal, itu juga merupakan takdirnya."

Yeong Gwang memasukkan banyak bata ke dalam karung, sedangkan Jae In, ia masih berpikir keras sebelum memasukkan bata ke dalam karungnya.

"Waktu habis!" kata Yeong Do. "Apa kalian semua sudah memasukkan jumlah gaji tahunan yang kalian inginkan? Kalau begitu, mulai dari sekarang, bawa karung kalian yang penuh dengan batu bata, dan naiklah ke atap gedung perusahaan ini."
"Apa? Apa? Itu tidak masuk akal. Bagaimana itu mungkin?" semua peserta kaget, kecuali In Woo. Ia malah terkekeh, karena ia sama sekali engga memasukkan batu bata ke dalam karungnya.



"Jalan untuk menuju keatas adalah tangga darurat di sebelah kanan kalian." Yeong Do meneruskan kata-katanya. "Aku hanya akan mengijinkan rute itu. Bahkan jika kau hanya mengeluarkan 1 buah batu bata dari karung, kau pasti akan dieliminasi.  Jika kau mendapatkan pertolongan dari orang lain, kau juga akan dieliminasi. Kau hanya boleh menggunakan kekuatanmu sendiri. Orang yang membawa gaji tahunan miliknya dan naik sampai ke atap gedung perusahaan, akan punya kesempatan untuk mendapatkan gaji tahunan yang dimintanya dan wawancara. Jika kau tidak berhasil mencapai atap, dalam waktu yang ditentukan, kau juga akan dieliminasi. Kalau begitu, aku akan menemui kalian di atap". ucap Yeong Do.

Jae Myung dan In Cheol pun memperhatikan proses wawancara yang berlangsung melalui cctv.

"Presdir. Apa anda merasa itu mungkin? Yang aku maksud adalah Kim Yeong Gwang, Pimpinan. Aku bisa melihat bahwa karungnya hampir penuh. Kurasa juga tidak mungkin untuk membawanya naik ke sini." tanya Hong Joo pada Yeong Do. 
" Itulah mengapa aku katakan sebelumnya, untuk berhasil lulus akan tergantung pada nasibnya." jawab Yeong Do.

In Woo mengejek Young Gwang, "Ini benar-benar spektakuler. Pada akhirnya, bahkan tanpa memulainya, kau sudah dieliminasi. Kim Yeong Gwang."
Berhasilkah Yeong Gwang?? Kyaaa!!

Bersambung.. Sinopsis Man of Honor episode 8

Watch Full Length : High Definition


Keine Kommentare:

Kommentar veröffentlichen